Makassar - Sepasang suami istri, Imran 51 tahun dan Rahayu 46 tahun, berbincang-bincang santai bersama anak-anaknya di teras rumah. Di hadapan mereka, hujan turun membasahi bumi dengan kecepatan sedang. Sejak Jumat pagi, 3 Januari 2020 hujan tak henti-henti mengguyur Kota Makassar, dari hujan sedang hingga hujan lebat silih berganti datang. Dari pagi hingga malam tiba, tak sedetik pun hujan berhenti membasahi bumi.
Imran dan Rahayu adalah bagian dari warga yang bermukim di Perumahan Nasional (Perumnas) Antang Blok 10. Pada 2019 mereka sekeluarga mengalami dampak cukup serius dari banjir yang terjadi di Makassar.
Masih segar dalam ingatan mereka, banjir yang menerjang tempat tinggalnya setinggi dada orang dewasa, hingga mereka harus mengungsi ke rumah kerabat yang tidak terkena banjir. Rahayu mengenang banjir 2019 adalah yang terparah yang mereka alami sejak tinggal di daerah tersebut pada 2003.
“Pada tahun 2013 pernah terjadi juga banjir, tapi banjir yang membuat saya dan keluarga harus mengungsi adalah banjir yang terjadi pada tahun 2019 kemarin. Sudah benar-benar tidak bisa lagi berada di rumah, tingginya air sudah sampai leher, barang-barang semuanya habis diterjang banjir,” tutur Rahayu kepada Tagar.
Keluarga yang tinggal di Jalan Suling 1 ini menceritakan, akibat banjir yang terjadi tahun lalu, mereka tak bisa tidur nyenyak saat mendengar hujan apalagi kalau deras. Mereka trauma hal sama terulang, terjaga hingga hujan reda untuk memastikan banjir tidak datang lagi. “Sekarang kalau hujan sudah turun, saya sudah tidak bisa tenang, apalagi hujannya deras kami sekeluarga pasti begadang untuk menunggu kabar apakah air juga sudah naik atau belum.”
Wanita yang kesehariannya mengurus rumah tangga itu mengatakan, sebelum banjir pada 2019, ia sekeluarga tidak pernah mengungsi sekalipun air sudah menggenangi rumah dan tingginya sudah sampai tempat tidur. “Dulu-dulu kalau banjir dan tinggi masih setinggi tempat tidur tidak pernah pergi mengungsi. Tapi banjir 2019 memang bukan lagi sampai tempat tidur, sudah setinggi leher orang dewasa.”
Beruntung anak saya memeluk pohon. Saat saya tanya kenapa bisa memeluk pohon, dia jawab biasa lihat di sinetron.
Hanya Menyelamatkan Dokumen
Suami Rahayu, Imran, mengatakan memasuki musim hujan 2020 tidak banyak persiapan dilakukan, hanya memisahkan barang-barang penting yang sewaktu-waktu dibawa kalau terjadi lagi banjir seperti awal 2019. “Dokumen-dokumen penting sudah kami siapkan dalam satu tas khusus. Pelajaran dari tahun-tahun sebelumnya yang paling utama diselamatkan adalah surat-surat penting, ijazah, sertifikat.”
Selain mengamankan surat, Imran juga meninggikan bagian halaman depan dan dapur, setinggi satu meter. “Dulu pada saat meninggikan halaman depan rumah dianggap aneh oleh warga lain. Tapi pada saat terjadi banjir baru mereka sadari bahwa apa yang saya lakukan untuk menghalau air masuk rumah, meski pada akhirnya tetap juga terendam banjir.”
Beberapa rumah warga yang tinggal di Perumnas Antang Blok 10 juga meninggikan bagian depan rumah, meski terlihat aneh saat musim kemarau, nyatanya pada musim hujan hal ini sangat membantu.
Saat berbincang-bincang tentang kondisi banjir pada 2019, Imran menunjukkan tanda batas air yang masih terlihat sangat jelas. Dari pintu hingga dinding rumahnya masih terlihat seperti goresan air. “Tanda ini hampir ada di semua rumah warga, kecuali mereka yang sudah mengecat ulang rumahnya.”
Anak Hampir Hanyut
Rahayu tidak akan pernah lupa, pada saat banjir tahun lalu, anaknya hampir hanyut dibawa arus banjir yang cukup kuat menerjang rumahnya. Beruntung anaknya bisa selamat berkat memeluk pohon mangga yang ada di depan rumah. “Beruntung anak saya memeluk pohon. Saat saya tanya kenapa bisa memeluk pohon, dia jawab biasa lihat di sinetron.”
Ia tak mau hal buruk terjadi lagi pada anaknya itu. Karena itulah ia bertekad apabila mendapati banjir datang, masih setinggi mata kaki pun ia akan mengungsi ke tempat aman. “Sekarang kalau saya lihat air sudah mulai tinggi, saya akan memutuskan untuk mengungsi, takut terjadi seperti banjir 2019, di mana dalam kondisi tidak siap langsung ada banjir yang menerjang.”
Rahayu telah memiliki pilihan untuk mengungsi saat banjir tiba. Ia akan menyewa rumah milik rekan yang jaraknya tidak terlalu jauh dari rumahnya, tapi tempatnya aman dan tidak terkena dampak banjir. “Saya sudah ada rumah milik teman di perumahan Gubernuran. Saya memilih menyewa rumah karena pertimbangan anak-anak saya sudah besar, apalagi ada anak saya yang sudah gadis.” Namun demikian, pasangan suami istri ini jelas berharap tidak terjadi lagi banjir.
Instruksi Camat Siaga
Berkaitan mulai masuk musim hujan, Pejabat Wali Kota Makassar M Iqbal Samad Suhaeb menginstruksikan seluruh camat siaga mengantisipasi terjadinya banjir, mengingat cuaca ekstrem dan musim penghujan di wilayah Ibu kota Provinsi Sulawesi Selatan. “Posko tetap 24 jam di kecamatan terutama di daerah yang selama ini sering terjadi banjir. Semua camat harus siaga mengantisipasi terjadinya banjir.”
Iqbal juga menyebutkan, untuk antisipasi banjir secara intens dirinya akan melakukan pengecekan drainase agar tidak tersumbat yang biasanya dapat menimbulkan genangan air mengakibatkan banjir. “Yang pasti semua drainase dicek baik-baik supaya tidak ada yang mampet sekaligus kita cek pompa-pompa yang terpasang sekaligus pintu air dicek baik-baik. Sodetan-sodetan untuk mengarahkan jalur air diselesaikan supaya genangan tidak terjadi lagi.”
Saat ini curah hujan sangat tinggi, walaupun demikian, katanya, dari pantauan kondisi masih normal, air masih mengalir dan belum ditemukan penyumbatan membuat air tergenang. “Air cukup mengalir, tetapi kami terus mendengarkan, memantau terus. Saat ini belum ada yang tergenang terutama di Antang.”
Di Kota Makassar terdapat enam kecamatan yang menjadi langganan banjir, yaitu Kecamatan Manggala, Panakukang, Biringkanaya, Tamalate, Tamalanrea, dan Rappocini.
Cuaca Ekstrem Hingga Pertengahan Bulan
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyatakan situasi waspada potensi cuaca ekstrem yang akan terjadi selama sepekan di beberapa wilayah Indonesia. Kondisi tersebut dipicu fenomena atmosfer skala regional hingga lokal, yaitu aktifnya Monsun Asia yang menyebabkan terjadinya peningkatan pasokan massa udara basah di wilayah Indonesia.
Artinya, terbentuknya pola konvergensi dan terjadinya perlambatan kecepatan angin di beberapa wilayah, suhu permukaan laut di sekitar wilayah perairan yang cukup hangat sehingga menambah pasokan uap air cukup tinggi untuk mendukung pembentukan awan hujan. Selain itu, serta diperkuat dengan adanya fenomena gelombang atmosfer yang signifikan di sekitar wilayah Indonesia.
Potensi cuaca ekstrem, curah hujan dengan intensitas lebat dapat disertai kilat atau petir dan angin kencang terjadi di Pulau Sumatera, sebagian Jawa, sebagian Kalimantan, NTT, NTB dan Sulawesi termasuk Sulawesi Selatan antara 1-4 Januari 2020. []
Baca juga:
Berita terkait
No comments:
Post a Comment