Pages

Monday, February 10, 2020

GIPI: Travel Advice Australia Tak Ganggu Pariwisata - Tagar News

Jakarta - Ketua Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) Didien Junaedy optimistis pelaku usaha pelesir di Tanah Air tidak akan terlalu terpengaruh atas imbuan perjalanan (travel advice) yang dikeluarkan Australia kepada Indonesia. Nada positif itu dia sampaikan kepada Tagar, melalui sambungan telepon di Jakarta, Senin 10 Februari 2020.

Menurut Didien, kondisi serupa sebenarnya sudah sering diberlakukan oleh Negara Kangguru sejak beberapa tahun silam. Akan tetapi, angka lalu lintas perjalanan warga dari kedua negara tergolong konsisten dari waktu ke waktu. "Walaupun begitu, biasanya kalau Australia mengeluarkan travel advice masyarakatnya tetap saja masuk ke Indonesia. Saya yakin bisa berjalan normal," kata dia.

Yang penting turis itu bisa liburan lama di Indonesia, jadi pilihnya yang murah-murah.

Meskipun demikian, dirinya tidak bisa memproyeksi lebih lanjut apakah keadaan serupa bakal terjadi dalam waktu dekat. Pasalnya, keputusan pemerintah Australia yang mengeluarkan travel advice saat ini didasarkan pada merebaknya virus corona yang baru pertama kali terjadi. "Cuma isu sekarang kan corona, kita belum tahu dampak seperti apa lanjutannya," tutur Didien.

Dalam catatan Didien, warga Australia yang berlibur ke Indonesia umumnya memilih fasilitas menengah ketimbang layanan kelas premium. Hal tersebut dimaksudkan untuk memperpanjang waktu pelesir yang bisa mencapai lebih dari satu pekan. "Yang penting turis itu bisa liburan lama di Indonesia, jadi pilihnya yang murah-murah. Mereka bisa stay delapan sampai sembilan hari setiap datang," ucapnya.

Berdasarkan Data Pusat Statistik (BPS), jumlah wisatawan asal Australia sepanjang Desember 2019 sebanyak 125.000 kunjungan. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan November 2019 dengan 116.000 kunjungan. Adapun, target pemerintah untuk wisman asal Australia pada sepanjang tahun lalu mencapai 1,5 juta kunjungan.

BPS(Foto: Wikipedia/BPS).

Peringatan travel advice merupakan hal yang biasa-biasa saja, tidak ada yang istimewa.

BPS juga menyebut bahwa rerata uang yang dihabiskan turis asing, termasuk Australia, selama datang ke Indonesia sebesar 1.170 dolar Amerika Serikat (AS) per kunjungan. Artinya, apabila terdapat 1,5 juta turis yang datang ke Tanah Air, maka terdapat 1,75 miliar dolar AS potensi devisa yang bisa terserap di dalam negeri. Besaran tersebut setara dengan Rp 23,86 triliun (kurs Rp 13.600) kapasitas ekonomi yang dapat bergerak di Indonesia.

Sebelumnya pengamat penerbangan Alvin Lie menilai, keputusan pemerintah Australia yang mengeluarkan travel advice ke Indonesia bukan sebuah hal yang perlu dikhawatirkan. Menurut dia, pemberlakuan imbauan perjalanan tersebut tidak akan terlalu berpengaruh terhadap Indonesia, khususnya dunia aviasi (penerbangan) di dalam negeri. "Peringatan travel advisory ini merupakan hal yang biasa-biasa saja, tidak ada yang istimewa," katanya kepada Tagar, Senin 10 Februari 2020.

Alvin menambahkan, peringatan bepergian tersebut bukan hanya disematkan kepada Indonesia, tetapi juga pada sejumlah negara di kawasan, seperti Singapura, China, dan Hongkong. Malahan, status Indonesia sebenarnya lebih baik dengan predikat kuning (sebelumnya hijau), ketimbang mayoritas negara Asia Timur yang berstatus oranye dan merah.[]

Baca Juga:

Berita terkait

Let's block ads! (Why?)

https://www.tagar.id/gipi-travel-advice-australia-tak-ganggu-pariwisata

No comments:

Post a Comment