Pages

Friday, March 1, 2019

Pakar Media Sosial Bongkar Tagar #PembohongJanganDipilih - CNN Indonesia

Jakarta, CNN Indonesia -- Pakar media sosial dan Fouder DroneEmprit Ismail Fahmi mengungkap strategi spam para buzzer Twitter untuk mendorong suatu isu agar menjadi trending topic

Ismail melakukan pengkajian pola perilaku buzzer di Twitter dengan menganalisis #PembohongJanganDipilih yang muncul pada 28 Februari 2018. Ia mencontohkan tagar #PembohongJanganDipilih mulai muncul pada pukul 12.00 WIB dengan 267 mention. Kemudian secara tidak wajar, pada pukul 12.00 WIB mention menembus 12 ribu mention.

Ismail kemudian mengungkap tingkat interaksi dalam tagar tersebut relatif rendah. Untuk itu, ia mengatakan temuan itu mengindikasikan cuitan diduplikais secara masif dalam tagar tersebut.

Mention sangat mendominasi dalam cuitan yang membicarakan tagar itu. Padahal seharusnya pola normal biasanya retweet paling tinggi dan mention paling rendah.

Ia kemudian membandingkan tagar #PembohongJanganDipilih dengan tagar #ThePowerofEmakEmak oleh akun asli cluster pendukung capres-cawapres nomor urut 02. Dari hasil analisis terlihat cluster utama 02 tidak banyak terlibat dalam tagar #PembohongJanganDipilih.

Menurutnya #PembohongJanganDipilih diangkat oleh akun-akun yang tergabung dalam cluster X. Akan tetapi Ismail mengatakan apabila percakapan terjadi secara murni dan original seharusnya menghasilkan interaction rate yang tinggi.

"Cluster X ini sangat masif anggotanya, dan dari pola interaksi yang random tampak banyak akun real yang terlibat," tulis Fahmi dalam cuitannya pada Jumat, (1/3)

Ismail mengatakan top influencer dalam tagar #ThePowerOfEmakEmak  bukan merupakan influencer cluster 02. Akun-akun dalam tagar ini sangat aktif melakukan aktivitas cuitan, RT, dan Reply. Aktivitas ini menembus ratusan kali dalam sehari.

"Top influencer yang mengangkat tagar ini kebanyakan bukan influencer dalam cluster 02. Menandakan bahwa ada cluster yang cukup eksklusif mengangkat tagar ini," kata Ismail.

Kecenderungan Duplikasi

Ismil mengatakan buzzer memiliki kecenderungan untuk menduplikasi penggalan narasi secara masif. Padahal Twitter memiliki sistem algoritme untuk membaca cuitan spam yang terindikasi terjadi pengulangan.

Untuk mengakali hal tersebut, akun-akun ini memasukkan kode random secara acak. Para akun ini mencuitkan konten yang  sama hingga 430 kali. Cuitan ini belum termasuk RT dan replies.

Di akhir setiap teks yang diduplikasi selalu ada sisipan kode random untuk menhindari Twitter mendeteksi sebagai spam. "Di akhir setiap teks yang duplikat, selalu disisipkan kode random. Tujuannya untuk menghindari deteksi spam oleh Twitter. Kalau teksnya sama persis, maka Twitter akan menganggap itu spam, dan akun-akun yang terlibat akan disuspend. Dengan menambahkan kode random, Twitter mengira teks ini tidak duplikat," imbuhnya.

Ismail mengatakan strategi spamming dengan menyalin beberapa bagian dari artikel merupakan cara yang paling mudah untuk menaikkan tagar.  Pola yang terkordinasi, repetitif dan duplikatif membuat Twitter bisa menjadikan sebuah isu sebagai trending topic. 

"Tinggal disisipkan tagar yang ingin dijadikan trending di bagian akhir teks. Pola di atas hanya bisa dilakukan oleh program komputer. Cukup dengan sekali tombol di tekan, bum. Terjadi trending topic dalam waktu yang telah diprogram," ujar Ismail.

Ismail mengatakan cara menyampaikan opini dengan memanipulasi trending topic bukan merupakan cara yang efektif. Pasalnya sesungguhnya mudah untuk mendeteksi spam yang ada.

Keberadaan akun bot, bagi Ismail akan mengurangi kepercayaan publik karena menggunkana cara yang melanggar aturan di Twitter.

"Pelibatan robot akan menurunkan tingkat interaksi, sehingga dampak dari narasi yang digaungkan kurang terasa. Cara seperti ini hanya membohongi diri sendiri, hanya puas dengan trending yang diciptakan oleh robot, lalu mengajak real akun untuk meneruskan," ucapnya. (jnp/evn)

Let's block ads! (Why?)

https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20190301180145-185-373877/pakar-media-sosial-bongkar-tagar-pembohongjangandipilih

No comments:

Post a Comment