Ilustrasi (Depositphotos.com)
TABLOIDBINTANG.COM - Spesialis penyakit dalam dari Rumah Sakit Umum Bunda Jakarta, dr. Erik Rohmando Purba, SpPD, mengungkapkan bawha gangguan gigi belum dimasukkan ke dalam faktor risiko tradisional penyakit jantung dan stroke yang meliputi usia, jenis kelamin, riwayat diabetes, hipertensi, kebiasaan merokok, dan riwayat kesehatan keluarga.
“Banyak pasien yang terkena serangan jantung tapi giginya tidak bermasalah. Banyak pula pasien yang giginya rusak tapi jantungnya baik-baik saja. Sejumlah analisis menyebut kerusakan gigi ada kaitannya dengan penyakit jantung atau strok namun belum menjadi faktor risiko. Karena itu penelitian seputar kesehatan gigi dan jantung terus dikembangkan,” sambung dia.
Penyakit jantung dipicu banyak faktor. Mereka yang terkena serangan jantung dan giginya rusak, bisa jadi memiliki riwayat diabetes. Sementara diabetes bergaul akrab dengan hipertensi dan kebiasaan merokok. Jumlah kasus pasien yang giginya rusak kronis lalu terkena penyakit jantung atau strok, menurut Erik, baru mencapai 20 persen.
“Itu berdasarkan penelitian yang saya baca. Bukan tidak mungkin persentase ini meningkat ke depan mengingat gaya hidup masyarakat serbainstan. Berkaca pada beberapa kasus yang saya temui, saya mengajak masyarakat membersihkan tubuh secara menyeluruh. Selain rutin membersihkan gigi, mengontrol kesehatan gigi enam bulan sekali ke dokter tetap penting,” pungkasnya.
(wyn / gur)
Rekomendasi
No comments:
Post a Comment