"Kita masih ada kerikil lainnya, yaitu menciptakan kondisi politik yang kondusif. Adanya pidato tagar ganti presiden, ganti presiden, ini buat enggak akan tenang, orang didorong kiri kanan," kata Ma'ruf dalam pidato penutupan pembekalan calon anggota legislatif DPR-RI Partai Perindo di Jakarta, Selasa (18/9).
Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama itu mengatakan kondisi lambat laun bisa membuat stabilitas nasional goyah. Ia mengatakan seharusnya politik di Indonesia tak selalu membuat gaduh sepanjang tahun.
"Maksud saya, dalam perpolitikan itu seharusnya gaduh itu di ujung saja, di pilpres saja, bukan dari awal sudah gaduh, berlangsung terus menerus," ujarnya.
Ma'ruf menyatakan jika menang bersama Joko Widodo, maka dia yakin dapat menyelesaikan masalah kebisingan politik yang berkepanjangan.
Hal itu bertujuan agar pemerintahan yang dibentuk dapat bekerja menjalankan program kerja dengan baik tanpa adanya gangguan politik yang berarti.
"Ini kita ciptakan kondisi politik yang stabil sehingga pemerintahan bisa berjalan dengan tenang," katanya.
Ma'ruf juga sempat menyarankan supaya para kandidat calon presiden dan calon wakil presiden yang akan berlaga di Pilpres 2019 saling mengadu program kerja, ketimbang bersaing soal tagar. Dia berharap kandidat capres-cawapres bisa menghindari isu yang dapat menimbulkan konflik dan perpecahan di tengah-tengah masyarakat.
Ma'ruf menginginkan agar para capres-cawapres dapat menonjolkan program kerjanya masing-masing untuk meyakinkan masyarakat di Pilpres.
Tenaga Ahli Utama Deputi IV Kepala Staf Presiden (KSP), Ali Mochtar Ngabalin menyatakan deklarasi gerakan #2019GantiPresiden memang seharusnya ditiadakan. Dia mengklaim kelompok itu bisa dianggap ancaman dan setara seperti kelompok pengacau keamanan. (rzr)
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20180918204506-32-331245/maruf-amin-anggap-tagar-2019gantipresiden-kerikil-politik
No comments:
Post a Comment