Ilustrasi (Depositphotos.com)
TABLOIDBINTANG.COM - Bulan Ramadhan adalah bulan yang "berbeda”. Memberikan perubahan di sana-sini yang cukup terasa, terutama bagi para ibu rumah tangga. Mereka harus bangun lebih awal di waktu sahur untuk menyiapkan santapan sahur dan membangunkan anggota keluarga lainnya.
Ibu juga harus menyediakan santapan berbuka puasa yang lebih istimewa dari makan biasanya. Belum ditambah keinginan membimbing si kecil untuk memahami dan ikut berpuasa, serta tetap memperbanyak ibadah seperti tarawih dan tadarusan.
Bagi sebagian orang, khususnya pada orang yang tidak cukup fleksibel, perubahan-perubahan tersebut dapat menimbulkan rasa senewen atau bahkan stres.
Psikolog anak dan keluarga Darjanti Kalpita R, menyebut perubahan ritme tidur, perubahan jadwal makan, dan perubahan biaya belanja, berpotensi menimbulkan ketegangan.
“Lebih pendeknya jam tidur dan keharusan makan di jam yang tidak biasa bisa menimbulkan rasa tidak nyaman. Tugas membangunkan si kecil yang biasanya sulit dibangunkan saat sahur juga dapat menimbulkan ketegangan tersendiri bagi ibu," kata Darjanti.
Termasuk di sini perubahan aktivitas ibadah yang diperbanyak. Jelas bisa menimbulkan stres bila saat mengerjakannya seseorang merasa tidak nyaman atau tidak tenang karena masih memikirkan hal lain yang belum dikerjakan. Misalnya, saat salat tarawih masih memikirkan, "menu sahur nanti apa, ya?"
Sedangkan tentang perubahan biaya belanja, karena para ibu cenderung memiliki persepsi bahwa menu yang disajikan di bulan Ramadan harus istimewa. Akibatnya, anggaran belanja makan pun membengkak.
“Sebenarnya ini persepsi keliru. Biasanya makanan yang disajikan secara berlebihan pun tidak akan habis dimakan. Tentu saja ini pemborosan yang pasti berpotensi menimbulkan konflik dengan suami bila memang tidak ada biaya ekstra,” terangnya.
Stres pada sebagian orang bisa mengakibatkan gangguan kesehatan tubuh. Sebagai contoh, Darjanti memberi contoh banyaknya keluhan nyeri di lambung saat berpuasa.
“Orang-orang mengambil kesimpulan bahwa karena berpuasalah dia mengalami nyeri lambung. Padahal sebenarnya, tidak semua nyeri lambung disebabkan karena perubahan jadwal makan di bulan ramadhan. Stres juga bisa menyebabkan nyeri lambung atau maag. Lalu ada juga orang yang menyebutkan kalau mereka jadi cepat capek dan lelah selama bulan ramadan gara-gara kurang tidur, ” papar Darjanti.
Perubahan aktivitas di bulan Ramadhan, bagi sebagian orang lainnya dapat dilalui dengan nyaman. Dan seharusnya begitu juga untuk semua ibu. Karena stres berlebihan pada menjelang dan selama bulan Ramadan tidak perlu terjadi bila kita pintar mengelola dan mempersiapkan perubahan aktivitas dengan efektif.
“Kunci dari kesuksesan menjalankan ibadah di bulan Ramadhan adalah pengelolaan waktu yang efektif. Dengan mempersiapkan segala sesuatu secara detail, maka perubahan aktivitas dapat tetap dijalani tanpa harus stres. Dan sebaliknya, justru selama bulan Ramadan kita dapat memperoleh energi psikis ekstra. Karena pada hakekatnya, ini adalah momentum penting bagi kita untuk introspeksi diri,” terang Darjanti.
Rekomendasi
No comments:
Post a Comment